Selamat Datang :))

Welcome to my blog...
Kumpulan Puisi Anissa Fitri.
Selamat membaca...
^_^

Sabtu, 29 Oktober 2011

Lelah

Ijinkanku menuangkan rasaku
lewat goresan sembilu bertinta sendu
lukiskan hatiku yang tengah lelah
menggapai asa dengan gontainya langkah

Sepi aku dalam keramaian
penat aku dalam perselisihan
tentang siapa yang salah dan siapa yang benar
larutkanku dalam nanar

kebersamaan seakan sirna
ego pun mengemuka
tiada lagi rasa cinta
yang belum lama satukan kita

Menangis aku meski tanpa air mata yang tertumpah
merenung diantara nyata dan maya
hirarki asa kini menjauh sudah
menembus batas tinggalkan jiwa

Sepintas terbesit tanya
mengapa aku harus berpikir tentang mereka?
apa mereka berpikir tentangku juga?
ataukah bagi mereka ini hanya sandiwara maya?

Tapi aku tak bisa
sungguh aku tak bisa
karna kurasa aku memang telah lelah......

Sesal

Sampai saat ini, ku masih mencoba bertahan
dari segala hempasan cobaan
yang seakan tak mau pergi dari hidupku
meski hanya sedetik waktu

Entah sudah berapa kali hati ini terluka bersimbah darah dan membeku biru
berapa kali pula hancur berkeping-keping hingga kuharus memungutnya kembali satu persatu
dan berharap tiada satu pun keping yang menghilang dari genggamanku

Tanpa kusadari, serpihan yang kutaut kembali tak lagi utuh
ya, mungkin hatiku kini telah cacat
tak lagi bisa merasakan arti cinta yang sebenarnya
yang kurasakan hanyalah hampa
pun tak lagi bisa merasakan perih tersakiti
meski cinta meninggalkanku pergi

Segalanya seperti hanya sebuah mimpi
di mana ku tak bisa merasakan keindahannya lagi
Ingin rasanya kuterbangun dari lelap ini
namun ku tak pernah bisa membuka mata ini

Jiwaku masih saja diselimuti rasa gundah
hidup berselaput gelisah
raga terdiam terbujur kaku seribu bisu
membeku dan membatu

Sesal tiada henti
disetiap harapan semu yang tak pasti...

Serigala Tanpa Daya

Aku adalah seekor serigala yang tersayat
melolong pilu diantara seribu pohon yang membisu
tertatih langkah tertusuk sembilu
rebah raga mengaing lirih tertelan angin lalu...

Jejak langkah menyeret tanah
darah bercecer disetiap bekas tapak derita
menghitam amis menusuk indera
mengabadikan jejak kakiku yang hina...

Lolonganku menggema diantara jurang nestapa
meraung sunyi merobek kisah
melodikan kidung cinta bersimbah darah
menyumbat jalan pikir yang telah terjamah
oleh bisik dusta yang membahana dilembah jiwa...

Liurku tak lagi menetes beringas
tatapanku tak lagi tajam menusuk kelam
taringku tak lagi bengis mengoyak tajam...

Bukan lagi serigala jalanan
Bukan lagi penguasa malam
Hanya seekor anjing yang terbuang....

Hitam

Hitam selalu menjamahku
Menyusup lewat pori-pori tubuh
Bertahta angkuh di singgasana kalbu

Mengikis jiwa yang telah kelabu
Menusuk nadiku selayak sembilu

Hampa menerawang senja
Menatap jingga tanpa nyawa
Kematian tengah menghampiri
Matinya sebuah hati
Hati yang tek pernah putih

Jerembab fana jungkalkan segala rasa
Hitam durja menembus kelana
Membusukkan ingatan tentang kenangan indah
Mencabut rasa mengikis duka

Semua kisah sekejap menghilang
Tenggelam dalam lautan hitam kelam

Kini tinggallah jasad tanpa nyawa
Tanpa ucap sepatah kata
Memandang kosong ruang waktu
Saharakan hatiku yang telah membatu

Kini, biarlah semua menghitam arang
Biarlah hitam ini kan kuselami
Biarlah hitamku takkan pergi
Meski mengapa, sedikitpun aku tiada mengerti

Biarlah, biarlah semua tiada pernah mengerti
Biarlah nista dan dengki slalu menghampiri
Biarlah meski semua hanya menganggapku hitam
Biarlah hitam semakin mendekam
di diri ini.....

Terima Kasih Sayang

Terima kasih sayang
terima kasih atas semua
atas perjalanan kita
meski hanya sekejap mata

Sedari pertama kusudah sadari
cepat atau lambat semua harus diakhiri
sedari awal kusudah tahu
akhir dari cerita adalah pilu

Namun ku tak pernah perduli
meski titianku berhias duri
ku hanya ingin kau mengerti
apa yang ada di hati ini

Aku sayang kamu
lebih dari yang kau tahu
dan bila perpisahan adalah inginmu
ku kan berusaha ikhlas melepasmu

Kelak kau akan mengerti
berapa besar cinta di hati
kelak kau akan tahu
betapa aku tulus menyayangimu

Maafkan aku bila kau merasa tak nyaman bersamaku
maafkan aku bila kau merasa aku telah mengekangmu

Namun ijinkan kusimpan lembar goresan kisahku denganmu ini
meski hanya di hati
kan kulipat rapi
sampai nanti...

Terima kasih sayang...

Syairku

Syairku masih saja kurangkai
goreskan jiwa merengkuh damai
menyiratkan sejumput asa
yang kini tengah redup diantara angkuh angkara

Desiran angin laut lembut menyapa
memberikan kesejukan diantara seringai bengis bahak kejamnya dunia
mendulang setitik embun yang tak lagi bertahta dipucuk dedaunan
tuk hapuskan dahaga akan jelang syahdu kehidupan

Kata demi kata kurangkai dengan gemetar
bait demi bait kupaut dalam nanar
kesumat dendam tlah terlanjur bersemayam
kedengkian semakin meraja dihatiku yang kelam

Membakar syairku
melepuhkan asa yang ingin kurengkuh
menjungkalkan segala imagiku

Lembaranku pun memerah darah
bercucur air mata hati yang terluka
mentasbihkan laraku diujung senj

Kepicikan Hati

Dusta merayap di ufuk senja
mentasbihkan kepiluan dalam saujana jiwa
bersembunyi di balik kepongahan bayang hitam bertanduk
bertahta di ujung langit barat yang mulai tertunduk...

Layu..
Lelah..
Tergerus pongah sang waktu...

Sekelumit asa tak lagi mampu bangkitkan desir nadi
menatap esok waktu tiada lagi berarti
lentera penerang pun kini tinggal bara abu yang sedikit lagi mati
terjamah dusta yang terkuak dari kenyataan yang tiada sengaja terberi...

Ah, aku merasa telah jengah
dari kebisingan kata-kata pujangga tentang cinta
yang aku tahu semua itu hanya dusta
karna keindahan hanya termaktub dalam bait yang tiada bernyawa...

Persetan dengan cinta
bagiku hanya kepedihan semata
Masa bodoh dengan sayang
yang kudulang hanya kebodohan
menghamba akan rasa yang mereka sebut cinta
mengiba akan setetes madu yang tiada pernah kurasa...

Biarlah, biarlah aku di sini
sendiri menangisi takdir yang menyapa diri
tanpa bualan kata mesra
tanpa uluran ucap memanja...

Hanya aku
dengan kepicikan hatiku
tanpa kamu...

Berkalang Dosa

Legam mengemit nada
kidung mengucurkan darah amis
melodikan syair-syair patah
membalut nadi yang teriris

Setapak tak lagi tampak
rembulan gerhana kekal
suri alam menjamah hati
sunyi, sepi, sendiri

Meraba titian hina
tak lagi ada halal haram
hanya kekeh yang menggema
menghunus sembilu gendam

Ha ha ha ha ha...
Pongah bahak di atas dosa
mendulang nista yang telah meraja dunia
tak sadar ajal mengintip
menjemput jiwa hitam menuju langit

Tiada guna lagi kau teriak
tak kan mampu ruh menolak
tinggallah jasad membujur dalam laknat
mati, tanpa sempat mengucap taubat...

Akan Selalu di Hati

Tangisan malam meratap kerutkan hati
menjerit di kesunyian malam purnama
raga pasrah tercengkeram kekar jemari
menunggu takdir yang hanya tinggal sejengkal saja

Sorot merah tajam memandang penuh kengiluan
bertarung dua sosok bayang dalam ingatan
antara rasuk bisik setan dan kenangan

Menggeram moncong bertaring dengan liur menetes terus
rambut tumbuh di setiap jengkal kulit tubuh
nafas berat terhembus
menjelma sosok mengerikan seiring purnama penuh

Apakah kau sedikitpun tak mengingatku?
Ucap sang gadis dalam gemetar yang menyapu seluruh raga
Adakah cinta kita tak berarti apa-apa di hatimu?
Bila ajalku yang kau pinta, aku rela..

Sorot tajam perlahan sayu
nanar darah mengalir pilu
seiring purnama tertutup mega
tubuh berubah selayak semula

Dekap erat menjamah
isak tangis iris menggema
terkulai di kaki malam yang tak lagi indah

Perlahan kekar tangan melepas dekap
menjauh, berlari, menghilang dalam gelap
pergi..
dan tak pernah kembali...

Jemputlah Aku

Baluran bara hati mempercepat aliran nadi
buramkan netraku akan kerinduanmu yang menyapaku
ciptakan onak hati menusuk perih
rekah sekuntum mawar melunglai layu

Mahkota jiwamu meredup pilu
mendulang bias keegoan yang menyeruak antara aura tuturku
perlahan tabir terbentuk dalam jarak
tinggalkan tangis menggema di lembah benak

Hanya untaian kata maaf yang bisa kuhatur
atas perih yang menyusup di antar tutur
meski maafku tak kan bisa tawarkan bisa
meski sesalku tak kan bisa menutup nganga luka

Senja mulai menjemput tabir malam
kalbu tersapu badai penyesalan
hanya sejumput mimpi menggugah indah imagi
semoga maafmu akan terberi

mengertimu, adalah anganku
menjemputku, kembali ke danau birumu
tempat kita, mendulang basuhan asmara
selamanya...

Jebak Fana

Kebahagiaan semu menyapa fana
di antara dentuman musik memekak gendang telinga
membuai mesra kenisbian sebuah hati
terlarut dalam uforia di batas tabir mimpi

Hangat kepak sayap memeluk raga
mencumbu birahi di hiruk pikuk rana jiwa
menebar pesona keindahan palsu
dalam bujukan kelam hawa nafsu

Butir pelayang imagi telah tertenggak
meninggalkan jauh serpihan hati yang berserak
membungkus jiwa dalam naungan jebak malam
penghujung waktu yang semakin kelam

Ha ha ha ha ha

Tahukah kamu?
Iblis mungkin terbahak lepas
melihat pongahmu menerjang batas

Sadarkah kamu?
Iblis mungkin telah menggenggam dunia
jadikanmu teman di Jahannam sana

Sanubari kini tak lagi tampakkan wajah
lari sembunyi dari lakumu yang semakin menggila
tercabik bisik syetan yang terus menggema
di segenap lembah jiwa...

Selasa, 04 Oktober 2011

Kau Tetaplah Yang Terindah


Takkan mungkin ku biarkan kau menangis sendu..
Ketika ku tak sengaja membuat hatimu pilu..

Kau adalah mutiara hati..
Lentera yang takkan terpadam sampai langit menyentuh bumi..

Kau keindahan dalam hidup ini..
Memberi warna layaknya semburat pelangi..

Aku bagai ilalang yang kering Bila aku menyakiti hatimu..
Sebab kau adalah tempat berteduhku
Dan penyejuk jiwa sepeti embun yang meyiram di pagi hari..

Ku ingin kau tetap tersenyum
Walau senja membuat mu murung,
Kau tetaplah yang tercantik di mataku di dalam hidupku, IBU..

Terlalu Singkat

Menghitung waktu yang telah berlalu seberapa lama kau singgahi hati yang kini kau sakiti..

Ternyata cintaku berusia dini
Seperti Lembayung pagi ketika ingin menjulang tinggi,
Belum terasa panas sengatannya namun Awan hitam tlah patahkan tangga waktunya..


Aku Merana, kuncup bunga kini layu sebelum tebarkan aroma,
Mengapa kau begitu tega mematahkan hatiku yang kini tengah di landa asmara..


Menangis sendu berbalut Pilu mengenang bahagiaku yang hanya seujung kuku.

Sang Petani

Mentari pagi mulai tinggi
Sejuk embunpun tak terasa lagi
Kilauan selebar daun di sorot sinar mentari melambai lambai di sapu angin yang singgah sesekali..

Mawar, Melati Tebarkan aroma yang mewangi, di ufuk timur nampak burung tengah bernyanyi,
Sepoi angin Terus datang silih berganti teduhkan jiwa yang letih mengais sesuap nasi..

Peluh mengalir di Tiap sudut dahi, sehelai baju kini nampak tak kering lagi, sesekali Menyeka, menghela Nafas penuh puas, sang Petani Menanam Padi di Hamparan sawah bumi Pertiwi. 

Kau bukan Bintangku

Mengapa ku jatuh hati
Pada ia yang tak sudi


Tersungkur langkahku ketika ingin menggapai cintamu..

Mencoba mengerti arti hadirmu yang datang dengan sejuta bayang menemani malam sepiku..

Ku terpaku menatap bintang di langit biru
Mengapa kau tak bisa menjadi bintang di hatiku
Yang mampu beri cahaya meski redup kau pasti akan setia
Layaknya mereka yang setia menanti datangnya Purnama..


Aah..
Haruskah aku mengemis cintamu ataukah ku biarkan separuh hatiku merana karna cinta yang takkan pernah ku miliki selamanya.. 

Bertepuk sebelah tangan

Mungkin aku lah yang slalu menangis ketika mencintaimu
Berharap cintaku dapat tertuang di hatimu
Namun kau slalu acuhkan rasaku...

Ingin ku tinggalkan semua mimpi bersamamu
Merelakanmu menuaikan cinta bersama yang lain..

Biarlah tunas cintaku layu sebelum ia rindang di taman hatimu 

agar tak menjadi sejarah suram di dalam diary kehidupanmu..

Aku tersisih menangis menahan perih karna cintaku
Mengais serpihan hati dan menautkannya kembali agar aku mampu berdiri untuk
Melawan Kerasnya hatimu yang tak pernah harapkan kehadiran cintaku..

Sajak untuk Ayah

Ketika Pagi membangunkanmu dari Mimpi
Telah tersisip Harapan Di Hari ini
Rasa letih yang kemarin membebani tlah kau ganti dengan semangat yang berkobar di dalam hati..

Ayah..
Kering sudah kulitmu di makan waktu 

berat beban yang kau pikul di atas Bahumu
Namun kau slalu tunaskan Cinta di atas Letihmu
Meski Senja tlah Rentakan usiamu..

Beribu peluh menetes dari ragamu 

Menguras Tenaga mengayunkan cangkulmu di atas sawah tempat Menanam sebutir padi
Agar dapat berubah menjadi sepiring nasi..

Sajak ini untukmu, ayah.

Formosa

ku lihat tunas pada rantingmu semakin lama daunnya rindang Di antara batang-batang mu..

Musim Gugur telah berlalu musim semi mendekap waktu..

Formosa oh Formosa
Bumi yang penuh taman bunga kini nampak indah di pandang mata..


Sakura pun ada di antaranya begitu Berseri ketika angin menerpa daun daunnya,
Sejuk nan indah Bumi Formosa sungguh Ku Kagum di Buatnya..
^_^

Puisi untuk musim semi.

Ketika ku harus pergi

Ketika waktu tak mengijinkan ku
Untuk memiliki cintamu
Aku akan pergi meninggalkan dirimu..
Meski rasa tak mampu tlah melumpuhkan kaki ku
Namun aku harus relakan kau memilih kehidupan mu..

Ku kan tersenyum menahan perih luka menatap bahagia walau jiwaku merana
Demi kamu aku Rela terpasung nestapa yang tak pernah ku duga sebelum nya..

Jika kau merasakan bahagia bersama nya ku harap kau takkan pernah lupa pada sekeping hatiku yang pernah menjadi wadah cintamu..

Bahagiamu adalah keinginan ku meski ku berharap aku lah yang akan memberikan itu untukmu..
Namun Tabir cinta telah terbuka kini dia lah yang menjadi milikmu selamanya.


"Anissa

Di saat aku mencintaimu

Aku tersadar ketika dalam hayalan
Kini semua nyata yang aku rasakan..

Kau kini membawa diriku dalam kesunyian
Kau tinggalkan aku dalam ruang yang penuh ke hancuran.

Aku telah tersisih dalam indah nya cinta,
Kini tinggallah puing puing kenangan yang masih tersisa..

Apakah kesendirian ini yang kan menjadi teman setia..

Aku yang terlunta
Mengharapkan indahnya cinta
Namun kini jadi Dilema yang Membuatku tak bisa melupakan nya..

Meski inginku memiliki mu namun semua hanyalah hayallan semu
Ketika aku mencintaimu kau tlah jauh Meninggalkan diriku.


"Anissa

Minggu, 02 Oktober 2011

Aku tlah bahagia tanpamu

Rasa getir itu masih ku rasa ketika mengenangmu yang dulu ku cinta..

Kau biarkan aku berteman lara
Saat setiaku masih bertahta..

Ketika kini sudah berbeda kau datang lagi usik setia, yang tlah ku patrikan untuk dirinya
Pengganti dirimu yang tak setia..

Biarlah ku simpan tentangmu
Dalam bilik hatiku yang Bertirai pilu..
usah lagi kau pinta cintaku
Sebab ku tlah bahagia tanpa dirimu..

Dialah kekasih hatiku yang bangunkan aku ketika belenggu dustamu rapuhkan jiwaku.. 

Sahabat

Bukan hanya Kekasih yang di ibaratkan pelangi dan bukan juga kekasih yang di beri Gelar bintang hati..

Namun sahabat pun pewarna Hidup ini yang bisa memberi canda tawa ketika duka melanda Sekeping hati..

Sahabat pula bintang hati 

Ia slalu ada dan setia ketika kita lupa akan dirinya dalam gelap 
ia bercahaya meski redup namun ia slalu ada..

Tak semua Sahabat itu sejati namun hadirnya memberi arti.
Tak ubahnya kekasih hati yang sekejap datang dan sekejap pergi.. 

Kau kan selalu ada

Jika hari ini masih ada waktu untukku mencintaimu
 takkan ku biarkan ia berlalu tanpa cinta yang tertuang dalam hatimu..


Andai tiap malamku sudah tak ada kamu yang menjadi bunga tidurku 

bukan berati tak ada cerita tentang dirimu..

Bila suatu saat rasa cintaku memudar untukmu 

ku berharap tak ada kebencian di hatimu dan ada kemaafan atas semua khilafku..

Namun ku kan pastikan kau slalu ada di hatiku

 menjadi senyumku ketika letih memeluk jiwaku.

Maaf, aku mencintaimu

Maafkan aku yang Mencintaimu
mengkin keHadiranku slalu membuat resah hatimu.

jujur Rasa ini bukan aku yang pinta 

namun rasa ini datang dengan sendirinya..

Ingin ku bunuh rasaku dan membuangnya jauh dari hatiku 

namun ku tak kuasa lakukan itu..

Janganlah kau tebarkan aroma benci dalam hatimu ketika netramu menatap wajahku
Sungguh tak ada maksudku menuang cinta ini dalam hatimu.

Rindu tak berujung

Duduk sendiri di malam yang sepi 
mengenang kisah dimasa lalu ketika kau masih menjadi Cintaku..

Kini tinggallah luka, semua cerita manis menjadi duka,
Hadirmu yang dulu nyata kini tinggallah fatamorgana..

Kau tinggalkan separuh hatiku penuh pilu
Kau ganti senyumku dengan kepedihan yang tak pernah berujung di jiwaku..

Kau biarkan aku merindu, 

bercumbu dengan dustamu
ingin rasanya ku bencimu dan membuang semua cerita tentang dirimu.

Andai hari ini Terakhirku memìlikimu

Bila hari ini adalah akhirku memilikimu
ku harap tak ada kelukaan yang begitu mendalam di lubuk hatiku..

Biarlah cerita tentangmu yang lalu tetap hidup di dalam jiwaku

 membasuh luka disaat kau telah pergi selamanya...

Semoga bila ku titikkan air mata tak ada seorang pun yang melihatnya 

sebab ku tak ingin menjadikanmu duka dalam perjalanan cintaku yang tak sampai kemana..


"Andai hari ini Terahirku memìlikimu"